Senin, 05 Januari 2015

Latensi Ricuh Sidang Wakil Rakyat




Tiga hari yang lalu, Selasa (28/10/2014),  sidag paripurna ke – 7 Dewan Perwakilan Rakyat digelar. Seperti yang telah sama-sama kita fahami. Seyogyanga sidiang DPR itu, adalah sidang denga orang-orang yang membahas segala macam yang berkaitan dengan rakyat. Bukan sidang yang mempersoalkan untung-rugi perindividu, atau instansi tertentu. Karena mereka terpilih, bukan untuk menjadi tuan rakyat. Akan tetapi sebagai wakil rakyat. Yang diberi amanah untuk mengurus kesejahtraan dan kelangsungan hidup rakyat.
Sidang kemarin, dalam agendanya adalah membahas mengenai Penetapan nama-nama anggota fraksi pada alat kelengkapan dewan. Kekisruhan sebenarnya sudah terjadi pada menit-menit awal. Sungguh memalukan. Selama dua jam, sidang hanya membahas kata-kata “bodoh” yang dilontarkan oleh seorang profesor anggota fraksi, kepada piminan sidang. Berlanjut dengan pembolékéran  masalah privasi partai sendiri, antara sesama kawan serumah itu. Hingga memuncak, ketika ada seorang anggota sidang yang menggulingakan meja sidang, sambil marah-marah. Belakangan diketahui, bahwa pelakunya adalah Hasrul Azhar, ketua fraksi partai yang  berlambang ka’bah.
Sungguh kengerian yang benar-benar. Perilaku tersebut tidak patas sedikitpun untuk dilakukan, oleh seseorang yang mengenyam kursi pendidikan. Ironisnya kejadian yang sudah-sudahpun, adalah gambaran ketidakpantasan perilaku buruk, orang-orang yang konon mengenyam pendidikan setinggi langit ini. Dalam Harian Umum Pikiran Rakyat, tercatat bahwa insiden “dorong meja” selasa kemarin itu, bisa disebut  paling ricuh & tidak terhormat sepanjang sejarah.
Ini menjadi ibroh tersendiri bagi kita sebagai rakyat, khususnya ummat islam, bahwa tak boleh sembarangan menjudge seorang itu baik atau buruk dari tampilannya, atau berdasarkan seberapa tinggi ia sekolah. Orang-orang yang ada di kursi-kursi DPR itu tentunya adalah orang-orang yang berpendidikan. Yang entah setinggi apa gelarnya. Akan tetapi terbukti, ketika dalam sidang, mereka selalu rebut tak control, bila mana ada kebijakan atau keputusan yang tak sesuai dengan keinginan mereka. Malah ini hampir terjadi seperti pertengkaran antara anak kecil yang saling berebut permen. Alih-alih mereka itu adalah publik figur, yang menjadi sorotan dan harusnya menjadi tauladan yang baik, ini malah memperburuk citra diri dengan berprilaku seperti itu.
Allah sendiri telah menginformasikan kepada kita dalam Al – Quran, bahwa hambanya yang pa;ing baik & yang paling mulya di matanya, hanyalah yang bertaqwa kepadanya (QS: Al – Hujuraat: 13 ), bukan yang tinggi sekolahnya, atau yang rapih tampilannya, bukan pula yang tinggi jabatan duniawinya. Bisa saja seorang petugas kebersihan yang tiapharinya membersihkan sampah di jalanan, karena ia bekerja dengan ikhlas, dan penuh berusaha bertaqwa, ia lebih mulia ketimbang seorang pejabat yang konon seorang provesor, yang telah berkali-kali bolak-balik ke Masjidil Haram. Jadi ingat sebuah lirik dalam lagunya band Sisir Tanah, “sekawanan ayam lewat dengan lebih sopan, dari pada sekumpulan pejabat”, memang tak semuanya seperti demikian, bagi kita, sebagai masyarakat yang peka & melek terhadap segala peristiwa, seyogyanga untuk menjadikan segala macam peristiwa yang terjadi, ibrah & mau’idzoh bagi kita. Fa’tabiru yaa uulil abshaar. Wallahu a’lamu. (FAG)*** 

*) Ieu Tulisan, keur harita Tugas nyieun berita.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar