Ketika butir-butir air langit menyapa.
Diperas dengan lembutnya oleh hembusan angin.
Jatuh... Jatuh... tak pandang bulu, di mana ia mendarat.
Sore tadi ia menyapa kami.
Bersamaan dengan senyuman teman seperjalanan.
Sampai lupa kapan harus berhenti.
Butiran air itu masih semangat menarinari.
Berbarengan dengan tarian memori semasa sekolah yang kian menjadi.
"aku pungkas saja dengan mantra nan sakti", ujar mu. Aku termenung. Spontan kau berkata: "kir, kamana kir, kamana kir, kamana kir, kir kir??"
Tawapun membludak, tak dapat 'kaampeuh'. Hanya bisa ku balas, dengan mantra sakti yang lain... "Cak, kamana cak, kamana cak, kamana cak, cak cak??"
Hanya kami, Hujan, dan Tuhan, yang tahu.
250314
0 komentar:
Posting Komentar