Jumat, 28 Maret 2014

Untuk Mu Waktu

Sang januari tinggal menunggu 'kereta jurusan entah kemana,' akan pergi dan tak mungkin bertemu kembali. Drama romantika dari skenario yang Tuhan tulis sedang berlangsung. Seperti biasa, kisah pedih yang diselipi butir - butir kebahagiaan. Hanya bisa menonton, dan sesekali termenung sambil menahan dagu dengan telapak tangan. Betapa piawainya Ia dalam memilihkan peran untuk tiap - tiap aktor yang ada di skenarioNya. Pemeran figuranpun tak kalah, mereka punya andil yang cukup besar dalam kelangsungan drama romantika tulisan Tuhan ini. Betapa tidak? Ia yang mengatur segalanya dengan penuh pertimbangan yang sangat- sangat bijak. Walupun dari kebanyakan kebijakanNya tak jarang membuat ia pusing.
Ini tentang 'dia.' Ya, dia... yang duduk termenung sambil menahan dagu dengan tangannya. Yang menonton drama romantika kehidupan yang penuh dengan sandiwara. Yang sesekali Tuhan jadikan sebagai pemeran figuran, di beberapa naskah tulisanNya. Tak jarang pula Ia memberinya peran sebagai tokoh protagonis, si kambing hitam yang pasti jadi terdakwa. yang duduk merunduk sambil memeluk lututnya, di kegelapan di sudut ruangan.
"Tak apa, angin memberitahu ku, Pasti ada makna yang mendalam di balik peran yang telah Tuhan percayakan. Memang ini adalah skenario ter indah dari yang paling - paling indah. Drama romantika tulisan Tuhan ini, setidaknya selalu membuatku menjadi manusia yang percaya akan adanya harapan. Bahwa nati, akan tiba suatu hari dimana aku jadi tokoh antagonis yang tidak lagi Tuhan pojokkan dalam naskah skenario Drama RomantikaNya." Dengan penuh harap ia menengadah ke langit.***

Mapag januari nu rék miang, kapeurih kudu jadi peurah.

0 komentar:

Posting Komentar